google advance image |
kisah Qurban /idul adha
Kisah yang bersumber dari kitab
durrotun karanagan syekh usman bin hasan binahmad asy-syaki al khau bawi
Disini menceritakan Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang sangat wira’i, taqwa, dan cinta kepada Allah. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta budunah ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para malaikat terheran-heran. Beliau berkata “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”.hingga dengan berjalannya waktu dan hari silih berganti, Nabi ibrahim pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan Ketika beliau berada di Baitul Muqoddas, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak, Kemudian Allah pun mengabulkan permohonan beliau, Beliau dikaruniai seorang putra yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari istri beliau Hajar.
Disini menceritakan Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang sangat wira’i, taqwa, dan cinta kepada Allah. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta budunah ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para malaikat terheran-heran. Beliau berkata “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”.hingga dengan berjalannya waktu dan hari silih berganti, Nabi ibrahim pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan Ketika beliau berada di Baitul Muqoddas, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak, Kemudian Allah pun mengabulkan permohonan beliau, Beliau dikaruniai seorang putra yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari istri beliau Hajar.
Allah berfirman dalam Alqur’an
pada Surat Ash-Shoffat penggalan Ayat 102:
لسعىا معه
بلغ فلما
Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim
Ketika
Nabi Ismail berusia 9 tahun (ada yang mengatakan 13 tahun), pada waktu itu
bertepatan pada malam tanggal 8 Dzul hijjah, Nabi Ibrahim tidur dan bermimpi.
Dalam mimpi tersebut, seseorang berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim,
tepatilah janjimu !”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir
dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah
ataukah dari syetan ?”. Kemudian hari itu dinamakan yaumut tarwiyyah atau hari tarwiyyah,karena tarwiyyah dalam bahasa
arab artinya berpikir mengingat masa lalu.
Pada malam harinya beliau tidur
dan bermimpi seperti mimpi yang pertama. Setelah terbangun pada keesokan hari,
beliau mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah. Dan pada hari itu
(tanggal 9 Dzul Hijjah) dinamakan yaumu arofah atau hari arofah Pada malam harinya beliau pun bermimpi dengan
mimpi yang sama seperti sebelumnya. Setelah terbangun pada keesokan hari,
beliau baru menyadari bahwa mimpi tersebut adalah perintah untuk menyembelih
putra beliau. Kemudian pada hari itu (tanggal 10 Dzul Hijjah) dinamakan yaumun
nahr atau hari nah
Ketika Nabi Ibrahim akan mengajak
putranya untuk disembelih, Beliau berkata kepada istri beliau Hajar “Pakaikanlah
anakmu dengan pakaian yang bagus, karena sesungguhnya aku akan pergi bersamanya
untuk bertamu. Hajar pun memberi Nabi Ismail dengan pakaian yang bagus,
memberinya wangi-wangian, dan menyisir rambutnya. Kemudian Nabi Ibrahim pergi
bersama Nabi Ismail dengan membawa sebuah pisau besar dan tali ke arah tanah
Mina.
Pada hari itu Iblis lebih sibuk
dan lebih gugup, datang dan kembali. Ia menemui, menggoda mereka,dan berusaha
agar penyembelihan tersebut gagal. Iblis menggoda Nabi Ibrahim, pada waktu itu
Nabi Ismail sedang berlari-lari di depan beliau “Apakah kamu tidak melihat
tegaknya anakmu ketika ia berdiri, ia begitu tampan, dan lembut tingkah lakunya
. Nabi Ibrahim berkata “Iya, tetapi aku diperintah untuk menyembelihnya Iblis pun tak kuasa menggoda Nabi Ibrahim
meski dengan seribu godaan. Kemudian ia pergi menemui Hajar, dan berkata “Wahai
Hajar, bagaimana bisa kamu hanya duduk disini sedangkan Ibrahim pergi bersama anaknya
untuk menyembelihnya Hajar berkata “Kamu
jangan dusta kepadaku, mana ada seorang ayah yang tega menyembelih putranya ?”.
Iblis menjawab “Lalu untuk apa Ibrahim membawa pisau besar dan tali Hajar bertanya “Untuk alasan apa ia
menyembelihnya ?”. Iblis menjawab “Ia menyangkan bahwa tuhannya telah
memerintahkannya untuk meyembelih anaknya !!!”. Hajar berkata “Seorang
nabi tidak diperintahkan untuk kebatilan dan aku akan selalu percaya padanya.
Nyawaku sebagai tebusan atas perkara itu, maka bagaimana dengan anakku (tentu
ia pun demikian) Dengan beribu-ribu
rayuan dan godaan, tetapi Iblis tak kuasa menggoda Hajar. Kemudian ia pergi
menemui Nabi Ismail dan menggodanya “Kamu sangat senang bermain-main, tetapi
ayahmu membawa pisau besar dan tali, ia akan menyembelihmu Nabi Ismail berkata “Kamu jangan berbohong
kepadaku, ayahku tidak akan menyembelihku Iblis berkata “Ia menyangka bahwa tuhannya
telah memerintahkannya untuk menyembelihmu Nabi Ismail berkata “Aku akan
selalu tunduk dan taat terhadap perintah tuhanku Saat Iblis akan melontarkan perkataan lain
untuk meggodanya, Nabi Ismail mengambil batu-batu dan melemparkannya kepada
Iblis sehingga mengenai mata kiri Iblis. Kemudian Iblis pun pergi dengan kecewa
dan putus asa. Nah, pada tempat Allah mewajibkan melempar jumrah bagi orang
yang melaksanakan haji dengan niat melempar batu atau kerikil ke arah syetan
dan mengikuti apa yang telah dilakukan Nabi Ismail.
Setelah sampai di tanah Mina, Nabi
Ibrahim berkata kepada putranya, sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat
penggalan ayat (102)
يا بني إني ارى في
المنام أني اذبحك فانظر ماذا ترى
Wahai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah
apa pendapatmu.
Maksudnya
adalah Nabi Ibrahim meminta pendapat Nabi Ismail, bagaimana pendapat Nabi
Ismail menyikapi mimpi tersebut. Mimpi
seorang nabi adalah haq dan benar, apakah Nabi Ismail bisa bersabar atau ia
meminta maaf sebelum dilaksanakan penyembelihan. Ini merupakan ujian yang
diberikan dari Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, apakah Nabi Ismail bisa taat
dan tunduk ataukan sebaliknya. Nabi Ismail pun menjawab sesuai yang termaktub
dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat (102 )
يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني ان شاء
الله من الصابرين
Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu,
Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar
Ketika
Nabi Ibrahim mendengarnya, beliau menyadari bahwa Allah telah mengabulkan
do’anya, sesuai yang termaktub dalam Surat Ash-Shoffat ayat (100 )
رب هب لي من الصالحين
Ya Tuhanku, anugrahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang sholeh
Kemudian
beliau memuji Allah. Kemudian Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, aku
berwasiat kepadamu beberapa perkara. Ikatlah tanganku dengan kencang agar aku
tidak goyah karena itu akan menyakitkanku. Letakkan wajahku di atas bumi agar
engkau tidak memandangku sehingga engkau merasa kasihan. Tutuplah pakaianmu
dariku agar darahku tidak mengotorinya sehingga ibuku tidak melihatnya, karena
itu akan membuatnya sedih. Tajamkanlah bibir pisau besarmu dan percepatlah
dalam menyembelih leherku agar terasa lebih ringan karena sesungguhnya kematian
itu sangat menyakitkan. Berikanlah pakaianku kepada ibuku sebagai pengingat
diriku. Sampaikan salam dariku dan katakana padanya “bersabarlah atas perintah
Allah”. Jangan engkau menceritakan kepada ibuku bagaimana engkau menyembelih
dan mengikat tanganku. Jangan engkau membawa bocah kepada ibuku agar ia tidak
semakin bersedih. Jika engkau melihat seorang bocah sepertiku, maka jangan
engkau terus memandanginya sampai engkau bersedih.” Nabi Ibrahim berkata “Baiklah,
semoga pertolongan selalu menyertaimu atas perintah Allah, wahai anakku
Allah berfirman dalam Al-Qur’an
Surat Ash-Shoffat ayat 103 :
فلما اسلما وتله للجبين
Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya
Nabi
Ibrahim membaringkan Nabi Ismail untuk disembelih seperti layaknya kambing sembelihan.
Dan kejadian itu terjadi di atas batu besar di Tanah Mina. Nabi Ibrahim pun
meletakkan pisau besar besarnya di leher putra beliau. Kemudian beliau
menyembelih leher putra beliau dengan kuat, akan tetapi atas kehendak Allah
pisau tersebut tak mampu memotong leher Nabi Ismail bahkan menggoresnya pun
tidak. Allah membuka tutup mata dari semua malaikat langit dan bumi, sehingga
mereka mengetahui kejadian tersebut. Kemudian mereka berlutut dan bersujud
kepada Allah. Kemudian Allah berkata “Lihatlah kalian semua kepada hambaku
bagaimana ia menebaskan pisau besar pada leher anaknya karena mengharap
ridloku, sedangkan kalian berkata ketika aku berkata :
اني جاعل في الأرض خليفة : اتجعل
فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك
[Allah berfirman] Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang
kholifah di atas bumi. [Malaikat berkata] Mengapa Engkau akan
menjadikan di bumi orang yang akan berbuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah,
padahal kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan
mensucikan-Mu.
Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, engkau telah melemahkan kekuatanmu karena
cinta kepadaku sehingga engkau tidak kuasa untuk menyembelihku”. Kemudian
Nabi Ibrahim menebaskan pisau besarnya pada batu dan batu tersebut terbelah
menjadi dua. Nabi Ibrahim berkata terheran-heran “Pisau ini bisa memotong
batu tetapi tidak bisa memotong daging”. Namun atas kuasa Allah, pisau
tersebut berkata “Wahai Ibrahim, kamu mengatakan potonglah, tetapi tuhan
semesta alam berkata jangan potong. Maka bagaimana aku melaksanakan perintahmu
yang berlawanan dengan perintah tuhanmu”. Pisau tersebut tidak dapat memotong
leher Nabi Ismail karena Allah telah memerintahkan untuk tidak memotongnya
walaupun Nabi Ibrahim berkata potonglah.
Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat( 104-106)
وناديناه ان
ياابراهيم, قد صدقت الرؤيا انا كذلك نجزي المحسنين, ان هذا لهو البلاء المبين
Dan Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim” (104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik (105) Sesungguhnya ini
benar-benar ujian yang nyata (106)
Semua
kejadian tersebut merupakan ujian yang telah diberikan Allah kepada Nabi
Ibrahim. Kemudian Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat(107 )
وفديناه بذبح عظيم
Dan Kami tebus (ganti) anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar
Malaikat
Jibril pun datang dengan membawa seekor domba yang besar. Domba tersebut
merupakan domba qurban Habil putra Nabi Adam yang masih hidup dalam surge.
Kemudian domba tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat
Jibril yang datang dan melihat Nabi Ibrahim berusaha memotong leher putra
beliau. Dengan rasa ta’dhim (hormat) dan terheran atas Nabi Ibrahim, Malaikat
Jibril berkata :
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar
Kemudian
Nabi Ibrahim menjawab :
لااله الا الله والله اكبر
Tidak ada tuhan (yang hak untuk disembah) kecuali Allah, dan
Allah Maha Besar
Nabi
Ismail pun mengikuti :
الله اكبر ولله الحمد
Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah
Allah telah mejadikan kebaikan atas kalimat-kalimat tersebut sehingga
kalimat-kalimat tersebut senantiasa berkumandang dalam celah-celah golongan
orang-orang muslim dikala tanggal 10 Dzul hijjah yaitu hari raya idul adha.
Imam Hanafi berkata bahwa jika seseorang bernadzar (berjanji pada diri sendiri)
untuk menyembelih anaknya, maka hendaklah ia menggantinya dengan seekor kambing
atau domba.
Belum ada tanggapan untuk " kisah Qurban /idul adha"
Posting Komentar